Seorang jurnalis perempuan ternama Sudan yang juga pegawai di pejabat utusan PBB di Sudan, Lubna Ahmad al-Husain, membagikan sekitar 500 kad undangan kepada beberapa tokoh sesama jurnalis dan aktivis HAM dan Civil Society untuk menghadiri hukuman penderaan dirinya oleh kerajaan Sudan.
Lubna ditangkap polis Sudan dan dinyatakan bersalah gara-gara ia memakai seluar panjang, fesyen pakaian yang kata pihak berkuasa "tidak sesuai dengan adat pakaian setempat". Akibatnya, Lubna pun dikenakan hukuman dera (sebat) sebanyak 40 kali sebatan.
Tindakan menghantar undangan yang dilakukan oleh Lubna tersebut merupakan usaha protes dan dan apa yang yang menimpa dirinya.
Peristiwa terjadi, cerita Lubina, sekitar seminggu lepas, Lubna dan beberapa kawan perempuannya sedang berjalan-jalan di kota Khurtum, ibu kota Sudan. Namun, tiba-tiba sepasukan pasukan keamanan mendekati mereka dan menangkap Lubna, dengan alasan perempuan itu memakai pakaian yang ghayr laiq (tidak layak) dan bertentangan dengan undang-undang busana di Sudan.
Beberapa kawan Lubna yang sama-sama memakai seluar panjang, yang kebanyakan berasal dari etnik Selatan yang berkulit hitam, bahkan sudah ada yang dikenakan hukuman sebat sebanyak 10 kali sebatan setiap orangnya.
"Sepertinya masyatakat pun tidak akan rela, orang-orang tidak akan membenarkan bahwa saya akan dihukum rotan hanya kerana memakai seluar," kata Lubna.
Untuk itulah, ia pun mengirimkan ratusan undangan ke berbagai pihak dengan harapan mereka akan menonton hukuman rotan tersebut dan mengetahui sebabnya.
"Saya ingin orang-orang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi," tambahnya.
Undang-undang Sudan menegaskan hukuman 40 rotan bagi siapa saja yang berperilaku tidak layak di dalam negeri, salah satunya adalah memakai pakaian yang tidak layak, seperti wanita berseluar panjang.
0 comments:
Post a Comment